Tuesday, November 29, 2011

Alih fungsi kata "JANCOK"



Dulu sebagian besar orang menganggap kata "JANCOK" sebagai hal yang tabu dan pantang di ucapkan. Tetapi sekarang seiring perkembangan jaman, kata "JANCOK" tak lagi hanya diartikan sebagai suatu kata yang kotor dan pantas untuk digunakan mengumpat oleh orang, sekarang lebih mendekati suatu panggilan untuk mengakrabkan dan menghangatkan suasana. Memang pada saat-saat tertentu kata "JANCOK" bisa dipakai untuk mengumpat seseorang. Melihat realita yang sekarang, saya pun juga sudah terbiasa menggunakan kata "JANCOK" sebagai suatu keseharian.

Bukan hanya saya saja yang mengamalkannya tetapi sudah meluas ke khalayak ramai, mulai dari generasi mudanya sampai yang tua pun pernah dan sering mengucapkan kata "JANCOK" ini. Dan lama kelamaan hal ini dengan sendirinya akan menjadi identitas suatu wilayah, nampaknya SURABAYA lah yang paling cocok dengan kata "JANCOK" tersebut, sampai pada akhirnya muncul video singkat tentang "Suro" dan "Boyo" yang banyak mengeluarkan kata "JANCOK" dalam setiap percakapannya. Di lain sisi ada sebagian pihak merasa risih apabila kata "JANCOK" terucap dari anak-anak muda zaman sekarang yang dengan fasih mengucapkannya. Ya saya mungkin hanya bisa berharap, kata "JANCOK" jangan cuma di ambil sisi negatifnya, masih banyak sisi positif yang tak kita lihat. Mudah-mudahan saja di kemudian hari kata ini tidak hanya identik dengan hal yang negatif. Perlu untuk kita renungkan, kenapa mesti memilih kata-kata yang indah jika itu adalah palsu, sesat, dan penuh kebohongan. Tidakkah lebih baik apabila kita mencoba untuk mengangkat sesuatu yang sudah familiar dan tercipta dari image yang buruk menjadi sesuatu yang baru dan bersifat positif.

Dunia ini tidak akan indah jika tidak ada keburukan yang tercipta, sama seperti halnya kita tidak akan bisa merasakan bahwa gula itu manis sebelum kita pernah mencoba sesuatu yang pahit. Apakah tidak mungkin suatu keburukan dibuat menjadi indah dan tidak dianggap lagi sebagai suatu keburukan (dalam artian berubah sifat dari buruk menjadi baik). Karena pada dasarnya kata-kata tidak akan tercipta jika tidak ada sesorang yang menciptakannya, dan keindahan tidak akan tercipta juga apabila tidak ada yang merasakannya. Sebuah kata tidak akan tercipta jika tidak ada sesorang yang menciptakannya, dan keindahan tidak akan tercipta juga apabila tidak ada yang merasakannya bukan. Satu pertanyaan besar yang baru saja saya sadari, apakah arti dari "JANCOK"?

Mungkin satu kalimat yang cocok bagi posisi kata (untuk saat ini) adalah seperti yang diucapkan Sutardji Calzoum Bachri dalam kredonya

"Karena kata bukanlah alat pengantar makna"


Karena tanpa kita sadari, kata terbentuk bukanlah dengan sendirinya sudah melekat pada apa yang kita yakini. Akan tetapi sudut pandang kita yang membentuk kata tersebut menjadi bermakna. Jadi apakah kita masih pantas menyalahkan sebuah kata untuk saat ini?

No comments:

Post a Comment