Sunday, December 4, 2011

Tuesday, November 29, 2011

Alih fungsi kata "JANCOK"



Dulu sebagian besar orang menganggap kata "JANCOK" sebagai hal yang tabu dan pantang di ucapkan. Tetapi sekarang seiring perkembangan jaman, kata "JANCOK" tak lagi hanya diartikan sebagai suatu kata yang kotor dan pantas untuk digunakan mengumpat oleh orang, sekarang lebih mendekati suatu panggilan untuk mengakrabkan dan menghangatkan suasana. Memang pada saat-saat tertentu kata "JANCOK" bisa dipakai untuk mengumpat seseorang. Melihat realita yang sekarang, saya pun juga sudah terbiasa menggunakan kata "JANCOK" sebagai suatu keseharian.

Bukan hanya saya saja yang mengamalkannya tetapi sudah meluas ke khalayak ramai, mulai dari generasi mudanya sampai yang tua pun pernah dan sering mengucapkan kata "JANCOK" ini. Dan lama kelamaan hal ini dengan sendirinya akan menjadi identitas suatu wilayah, nampaknya SURABAYA lah yang paling cocok dengan kata "JANCOK" tersebut, sampai pada akhirnya muncul video singkat tentang "Suro" dan "Boyo" yang banyak mengeluarkan kata "JANCOK" dalam setiap percakapannya. Di lain sisi ada sebagian pihak merasa risih apabila kata "JANCOK" terucap dari anak-anak muda zaman sekarang yang dengan fasih mengucapkannya. Ya saya mungkin hanya bisa berharap, kata "JANCOK" jangan cuma di ambil sisi negatifnya, masih banyak sisi positif yang tak kita lihat. Mudah-mudahan saja di kemudian hari kata ini tidak hanya identik dengan hal yang negatif. Perlu untuk kita renungkan, kenapa mesti memilih kata-kata yang indah jika itu adalah palsu, sesat, dan penuh kebohongan. Tidakkah lebih baik apabila kita mencoba untuk mengangkat sesuatu yang sudah familiar dan tercipta dari image yang buruk menjadi sesuatu yang baru dan bersifat positif.

Dunia ini tidak akan indah jika tidak ada keburukan yang tercipta, sama seperti halnya kita tidak akan bisa merasakan bahwa gula itu manis sebelum kita pernah mencoba sesuatu yang pahit. Apakah tidak mungkin suatu keburukan dibuat menjadi indah dan tidak dianggap lagi sebagai suatu keburukan (dalam artian berubah sifat dari buruk menjadi baik). Karena pada dasarnya kata-kata tidak akan tercipta jika tidak ada sesorang yang menciptakannya, dan keindahan tidak akan tercipta juga apabila tidak ada yang merasakannya. Sebuah kata tidak akan tercipta jika tidak ada sesorang yang menciptakannya, dan keindahan tidak akan tercipta juga apabila tidak ada yang merasakannya bukan. Satu pertanyaan besar yang baru saja saya sadari, apakah arti dari "JANCOK"?

Mungkin satu kalimat yang cocok bagi posisi kata (untuk saat ini) adalah seperti yang diucapkan Sutardji Calzoum Bachri dalam kredonya

"Karena kata bukanlah alat pengantar makna"


Karena tanpa kita sadari, kata terbentuk bukanlah dengan sendirinya sudah melekat pada apa yang kita yakini. Akan tetapi sudut pandang kita yang membentuk kata tersebut menjadi bermakna. Jadi apakah kita masih pantas menyalahkan sebuah kata untuk saat ini?

Debu

Ini adalah debu-debu yang akan memasir

Melepaskan badai terakhir

Tanpa peduli akan satir lalu siap-siap menyingkir


oh tapi tunggu

Akan ada badai-badai pasir yang siap memanggang semua palsu

Lalu teriakan dan lolongan akan terdengar dalam satu

Seperti laku serigala yang akan berburu

Debu ini akan siap menghempas

Di setiap pikiran kotor semua batu perayu

Batu yang akan tersapu dalam satu kali laku

Terhentilah semua bujuk rayu

Bergantilah dengan pasir-pasir halus

Sampai satir tak akan lagi berbekas


Aku debu?


Ya!!! Pasti!!!


Sampai nanti, sampai pasir telah menyatu bersamaku

Aku tak lagi debu tetapi juga bukan batu

Aku batu tetapi masih saja debu


Tetaplah debu


Debu

Tapi aku tak punya palsu

Alkisah Carut-Cemarut

Dulu-dulu sangat

Tak akan dapat mengenal walau tidak jauh terpaut

Selalu saja suara-suara terlarut

Semakin carut marut

Sebab belum sekalipun hati bersahut


Suatu waktu dalam hidup

Pernah ada sebuah bunga yang membuat hati terpagut

Awalnya sederhana, namun berikutnya seluruh badan berdegup

Bagai menemukan pelita bagi gairah yang mulai meredup

Itu adalah hati yang bersambut

Datanglah kepadaku dan aku rebut dari segala kemelut


Hariku berganti minggu

Sampai minggu berganti bulan

Lalu akan terganti oleh tahun


Sebuah sinar dalam perjalanan sahut menyahut

Kadang gulita, dan kadang terang benderang

Layaknya langit dalam petang dan awan dalam kemelut

Lalu pelangi yang sedari tadi bersembunyi kini mencuri-curi waktu

Menari-nari bersama mentari dalam kehangatan yang menjalar


Bunga

Kita masih kuncup

Sedang cinta semakin siang

Kita harus bersiap menyambut mentari yang makin menyengat

Agar awan masih melindungi kita dalam teduh

Tanpamu ragaku akan menderu

Denganmu aku akan menyatu